Headlines
Published On:Jumat, 16 Agustus 2013
Posted by infosukabumi

Perang Dagang Udang di AS Dimenangkan Indonesia

Jakarta, 16/8 - Membanjirnya beragam produk impor komoditas udang berbagai  negara ke Amerika Serikat ternyata membuat "gerah" pengusaha negeri Paman  Sam yang tergabung dalam Coalition of Gulf Shrimp Industries/COGSI.

Puncak "kegerahan" mereka adalah mengeluarkan tudingan bahwa sebanyak  tujuh negara melakukan teknik perdagangan tidak adil ("unfair trade")  dengan menerapkan subsidi bagi produksi komoditas udang di negara  masing-masing.

COGSI akhirnya mengajukan petisi kepada pemerintah AS pada tanggal 28  Desember 2012 untuk mengenakan Countervailing Duties (CVD) atas impor  Frozen Warmwater Shrimp yang dianggap mengandung subsidi dari tujuh negara  yaitu China, Ekuador, India, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Tuduhan pengenaan CVD dimaksudkan untuk mengganti kerugian yang  ditimbulkan dari "unfair trade" akibat adanya subsidi dari pemerintah yang  dilakukan oleh ketujuh negara tersebut.

Terhadap petisi tersebut telah diperiksa kelayakannya oleh Otoritas  Amerika Serikat, yaitu Komisi Perdagangan Internasional AS (US-ITC) dan  Departemen Perdagangan AS (US-DOC).

Petisi itu pun terus bergulir. Pada tanggal 7 Februari 2013, US-ITC  melalui voting (5-1) menetapkan bahwa terdapat indikasi jika industri  domestik Amerika Serikat (AS) mengalami kerugian karena impor udang yang  disubsidi dari negara-negara tersebut.

Walhasil, Dalam enam bulan sejak Februari, ITC akan memulai investigasi  lanjutan (akhir) mengenai kerugian ekonomi yang dialami industri udang  dalam negeri AS.

Sedangkan pada tanggal 18 Januari 2013, US-DOC telah mengumumkan secara  resmi akan melakukan inisiasi "Countervailing Duty Investigation" terkait  tuduhan subsidi impor udang asal dari tujuh negara tersebut.

Terkait dengan tuduhan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah  melakukan koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar  Negeri dan asosiasi usaha dalam rangka konsolidasi dan mengambil langkah  yang diperlukan.

Salah satu langkah yang dilakukan dalam menyikapi petisi itu antara lain  dengan mengadakan pertemuan antara Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif  Cicip Sutardjo dengan Under Secretary Commerce for International Trade  US-DOC Fransisco J. Sanchez.

Pertemuan tersebut terkait pentingnya perudangan Indonesia dalam upaya  meningkatkan kesejahteraan pembudidaya udang dan menciptakan lapangan  kerja.

Karena ada indikasi kerugian tersebut, maka US-DOC mengirimkan petugas  pada tanggal 3--21 Juni 2013 US-DOC telah melakukan verifikasi lapang ke  Jakarta dan Lampung.



Ketetapan Akhir



Namun setelah melaksanakan verifikasi lapangan, US-DOC pada 13 Agustus  2013 telah mengeluarkan "final determination" (ketetapan akhir) bahwa  tidak terdapat indikasi subsidi terhadap ekspor udang Indonesia.

Mengenai hasil dari "final determination" tersebut, Menteri Kelautan dan  Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan bahwa investigasi yang  dilakukan Departemen Perdagangan Amerika Serikat (US-DOC) telah menepiskan  tudingan subsidi udang yang dituduh dilakukan Indonesia.

"Pada tanggal 13 Agustus 2013, US-DOC telah mengeluarkan `final  determination" (ketetapan akhir) bahwa tidak terdapat indikasi subsidi  terhadap ekspor udang Indonesia," tegas Sharif Cicip Sutardjo di Jakarta,  Rabu (14/8).

Senada dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Wakil Menteri Perdagangan  Bayu Krisnamurthi mengatakan ekspor udang Indonesia ke Amerika Serikat  telah dinyatakan bebas tudingan anti-subsidi.

Dengan bebasnya tudingan tersebut, menurut Bayu Krisnamurthi, maka hal itu  dinilai dapat meningkatkan penjualan komoditas tersebut tahun ini.

"Ekspor udang Indonesia `alhamdulillah` dinyatakan tidak terkena  anti-subsidi dari Amerika Serikat, dan itu suatu hal yang kita sambut  baik. Dengan kondisi yang disampaikan Amerika Serikat ini kita bisa  melihat kapitalisasi ekspor udang untuk pasar Amerika Serikat akan
meningkat tahun ini," kata Wamendag.

Bayu memaparkan, ekspor udang nasional ke Amerika Serikat pada 2012  senilai 560 juta dolar AS, sedangkan pada tahun yang sama total ekspor udang nasional ke seluruh dunia senilai 1,2 miliar dolas AS.

Sementara itu, sejak Januari hingga Mei 2013 ekspor udang nasional ke  Amerika Serikat senilai 211 juta dolar AS, dan ekspor udang nasional ke  seluruh dunia senilai 534 juta dolar AS.

Bayu mengatakan dengan adanya berita baik tersebut, maka ekspor udang ke Amerika Serikat sepanjang 2013 diperkirakan akan meningkat 100 juta hingga 150 juta dolar AS dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya.

"Kita akan mempunyai posisi lebih baik. Mungkin dalam 2013 kapitalisasinya  akan membuat ekspor bertambah 100 juta hingga 150 juta dolar AS di atas  pencapaian tahun 2012," ujarnya.

Ia juga mengatakan, Indonesia memiliki waktu kurang lebih tiga bulan ke  depan untuk bisa secara efektif mendorong ekspor udang nasional ke Amerika  Serikat untuk dapat mengembalikan momentum pertumbuhan ekspor udang ke  Amerika Serikat maupun negara lain.

Wamendag Bayu Krisnamurthi menambahkan, kabar baik atas terbebasnya ekspor  udang Indonesia dari tudingan anti-subsidi, maka sekaligus menjadi hadiah  bagi Bangsa Indoensia yang memperingati Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus  2013.



Pelurusan persepsi

Selain memenangkan perang dagang di AS, Indonesia juga perlu memperhatikan  kondisi konsumsi udang yang disantap di dalam negeri.

Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa  persepsi pasar terkait dengan komoditas ikan perlu diluruskan agar makin banyak masyarakat yang menyantap salah satu hidangan laut tersebut.

"Persepesi pasar tentang udang perlu diluruskan," kata Dirjen Pengolahan  dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut Hutagalung di Jakarta, Selasa  (13/8).

Menurut Saut, pada saat ini udang kerap dipersepsikan sebagai penyebab  kolesterol, padahal udang mengandung phytokolesterol yang baik bagi tubuh.

Untuk itu, ujar dia, KKP pada tanggal 24--25 Agustus 2013 juga akan  menyelenggarakan Festival Perikanan Nusantara ke-4 di Plaza Taman Parkir  Timur Senayan di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa festival tersebut akan berfokus pada promosi  komoditas udang yang juga telah ditetapkan sebagai salah satu komoditas  industrialisasi perikanan.

Dirjen P2HP KKP juga menegaskan bahwa produksi udang akan terus  ditingkatkan seiring dengan revitalisasi budi daya sehingga pasar lebih  mudah dan menerima udang.

Berdasarkan data KKP, tingkat konsumsi ikan masyarakat mempunyai  kecenderungan terus meningkat.

Pada tahun 2010, tingkat konsumsi ikan nasional sebesar 30,48  kilogram/kapita, tahun 2011 meningkat sebesar 32,25 kilogram/kapita dan  tahun 2012 meningkat menjadi 33,89 kilogram/kapita.

"Namun, tingkat konsumsi tersebut masih jauh bila dibandingkan dengan  tingkat konsumsi negara tetangga lainnya," katanya.

KKP sendiri melalui Ditjen Perikanan Budidaya juga telah mengalokasikan  dana Rp125 miliar untuk program revitalisasi tambak udang bersertifikasi atau demfarm pada 2013.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyatakan, udang merupakan  komoditas unggulan baik dari sisi ekspor maupun perikanan budidaya  nasional, sehingga, intervensi pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan  Belanja (APBN) dibutuhkan untuk keberlangsungan peningkatan produksi usaha  perikanan.

"Selain itu, juga untuk menjamin kepastian bagi industrialisasi perikanan  budidaya," ujarnya.

Menurut dia, anggaran Rp125 miliar diperuntukkan bagi daerah pertambakan  percontohan di 28 kabupaten tersebar di enam provinsi seperti Jawa Timur,  Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Lampung dan  Sumatera Utara, dengan luas pertambakan 504 hektare (ha).

Anggaran sebesar itu, kata Slamet, akan dibelanjakan untuk modal bagi  sarana produksi petambak seperti kincir, plastik mulsa, pompa mesin,  genset, sementara, mitra petambak yakni pengusaha diharuskan menyediakan  pendanaan, benih dan ketersediaan pakan.

"Yang membedakan dengan revitalisasi tambak pada tahun lalu, kali ini kita  mendapat dukungan aktif dari perbankan di antaranya Bank BNI, BRI , BTN  dan BPD," katanya.

Bila revitalisasi tambak itu benar-benar dapat terealisasikan dan dukungan  perbankan semakin nyata meningkat, maka kemenangan dalam perang dagang di  AS tak mustahil dapat berlanjut untuk mengembalikan kejayaan udang  Indonesia di tingkat global seperti pada masa dekade 1980-an.


(Antara)

About the Author

Posted by infosukabumi on 20.04. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

By infosukabumi on 20.04. Filed under , . Follow any responses to the RSS 2.0. Leave a response

0 komentar for "Perang Dagang Udang di AS Dimenangkan Indonesia"

Leave a reply

Diberdayakan oleh Blogger.

    Blog Archive